Last updated on 20 Juni, 2024
Unbox.id – Era digital telah secara dramatis mengubah cara kerja penulis skenario film dan serial. Jika dulu menulis dilakukan dengan alat tulis atau mesin tik, kini bisa dilakukan melalui laptop, atau bahkan smartphone atau tablet, dengan menggunakan alat tulis. Alat penulisan skenario dapat berupa aplikasi atau perangkat lunak, seringkali dengan berbagai fitur dan format penulisan khusus untuk penulisan skenario film atau serial.
Sebelum alat ini tersedia, penulis naskah menghadapi sejumlah kendala seperti mengatur dan menyimpan skrip secara terstruktur, karena semuanya dilakukan secara manual, yang memakan waktu dan tidak efisien. Ini memberi penulis lebih sedikit waktu untuk mengevaluasi skenario yang telah mereka kerjakan.
Kehadiran screenwriting tools dapat membantu para penulis skenario film ini dalam hal kreativitas, efisiensi, dan tentu saja produktivitas.
Untuk mengetahui seberapa baik software screenwriting membantu kinerja penulis skenario, Unbox.id berkesempatan berbincang dengan Witra Asliga, penulis yang menulis skenario film 3SUM (2013) di spin-off Insomnights, dan film horor berjudul The Return (2018).
Saat menulis, Witra menggunakan alat bernama Final Draft, yaitu software screenwriting. Witra merasa terbantu dengan memiliki alat tulis ini, terutama dalam hal melacak adegan. Fitur Final Draft membantunya memaksimalkan ciri-ciri karakter yang sedang dikerjakannya.
Sebelum menggunakan Draf Akhir, biasanya Witra melakukannya di Ms Word menggunakan catatan kecil di buku ide atau buku ide. Selain Witra, kami juga menghubungi Kanya Priyanti, penulis skenario yang menulis naskah serial Tunnel versi Indonesia tahun 2019 dan serial Kretek Girl yang dijadwalkan tayang tahun ini (2023) di platform Netflix.
Baca juga: Paket Internet Murah Kartu Apa

Sebuah aplikasi bernama Celtx menjadi salah satu aplikasi digital yang dibutuhkan oleh para penulis sekarang ini. (Sumber: StudioBinder)
Saat menulis, Kanya silih berganti menggunakan sejumlah alat, mulai dari pengolah kata (Pages dan Ms Word), hingga Final Draft untuk terus bekerja sebagai script.
Selain itu, Kanya juga menggunakan alat bernama Celtx, namun baginya alat tersebut kurang efisien untuk bekerja, karena skrip diproduksi menggunakan format .txt, sedangkan industri perfilman Indonesia mayoritas menggunakan format .fdx.
Kanya menambahkan bahwa keuntungan menggunakan alat (draf akhir) adalah kenyamanan, karena alat ini dihasilkan secara otomatis dalam format standar industri. Fiturnya lengkap, memudahkan pelacakan perubahan skrip dari draf awal hingga versi final.
Selain alat screenwriting yang memudahkan pekerjaan penulis skenario, Internet juga merupakan faktor penting lainnya di era digital ini. Kehadiran internet tidak hanya memudahkan pekerjaan, tetapi juga dapat digunakan untuk membangun relasi.
Baca juga: Telkomsel Mulai Ratakan 4G Di Wilayah Indonesia
Sebelum adanya Internet, penulis skenario dibatasi oleh akses informasi dan referensi yang terbatas, kesulitan dalam melakukan penelitian, serta komunikasi dan kolaborasi yang terbatas. Semua ini dilakukan secara manual.
Penyedia layanan internet yang cepat dan stabil dituntut untuk mengerjakan naskah film. Teknologi fiber optic yang mampu mendukung bandwidth tinggi memfasilitasi koneksi akses internet dan kolaborasi melalui video call.
Salah satu penyedia layanan internet dengan teknologi fiber optic adalah IndiHome dari Telkom Indonesia yang merupakan salah satu yang terbaik. Dengan koneksi internet berkecepatan tinggi, proses scripting akan berjalan dengan lancar dan efisien.
Sumber & Foto: Dari berbagai sumber
Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi unbox.id.