Diblokirnya Telegram di Indonesia membuat sang CEO angkat bicara. Ia menawarkan 3 solusi Telegram kepada pemerintah untuk menyelesaikan masalah ini.
Diblokirnya Telegram oleh pemerintah Indonesia, dalam hal ini kewenangan Kemenkominfo, mendapat tanggapan langsung dari CEO Telegram, Pavel Durov. Pria berdarah Rusia ini menanggapi langsung melalui channel Telegram resmiinya.
Durov mengaku sedih mendengar keputusan Kemenkominfo memblokir Telegram di Indonesia. Karena menurut Durov terdapat jutaan pengguna Telegram di Indonesia. Tentunya keputusan ini akan sangat merugikan banyak pengguna, hingga ada pengguna Telegram di Indonesia yang membuat sebuah petisi menolak keputusan yang dibuat Kemenkominfo.
Menurutnya, mereka telah menerima e-mail dari pemerintah Indonesia yang berisi daftar channel yang terkait terorisme, namun tim mereka mengaku tidak dapat memprosesnya dengan cepat.
Sayangnya, Durov kurang memperhatikan permintaan yang diajukan pemerintah Indonesia. Dimana situasi tersebut menyebabkan miskomunikasi antara pihak Telegram dengan Kementrian Indonesia. Untuk memperbaiki masalah tersebut, Durov menawarkan tiga solusi Telegram yang mungkin untuk diterapkan.
- Kami telah memblokir semua channel publik terkait teroris yang sebelumnya telah dilaporkan kepada kami oleh Kementrian Komunikasi dan Informarika Indonesia.
- Saya telah mengirim email ke Kementrian untuk membentuk saluran komunikasi langsung, yang memungkinkan kamu bekerja lebih efisien untuk mengidentifikasi dan memblokir propaganda teroris di masa depan.
- Kami membentuk sebuah tim moderator yang berdedikasi dengan segala pengetahuan, bahasa, dan budaya di Indonesia agar dapat memproses laporan konten terkait terorisme dengan lebih cepat dan akurat.
Durov menegaskan bahwa Telegram memang sangat terenkripsi dan sangat menjaga privasi penggunanya, namun mereka tidak sama sekali mendukung teroris. Mereka juga menuturkan telah memblokir ribuan channel terkait OSOS dan membagikan daftarnya melalui channel @isiswatch.
Telegram berkomitmen untuk berusaha lebih efisien dalam langkah untuk mencegah propaganda teroris dan selalu terbuka terhadap masukan untuk menjadi lebih baik dalam hal tersebut.
Dalam pernyataan penutup, Durov telah mengirimkan tiga solusi tadi melalui email kepada Kementrian untuk mendengar tanggapan dari mereka. Pria berusia 32 tahun tersebut berharap, Telegram dapat secara efisien membasmi propaganda teroris tanpa perlu mengganggu jutaan pengguna Telegram di Indonesia.
Karya yang dimuat ini adalah tanggungjawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi unbox.id.