Unbox.id – Pertumbuhan ekonomi digital, startup, dan pengguna internet disebut-sebut menjadi pendorong berkembangnya pusat data hyperscale di Indonesia. Analisis Ukuran dan Pangsa Pusat Data Indonesia Tren dan Prakiraan Pertumbuhan (2023-2028) oleh Mordor Intelligence memperkirakan bahwa kapasitas pusat data di Indonesia diperkirakan akan meningkat dari 514 MW pada tahun 2023 menjadi lebih dari 1.410 MW pada tahun 2029. Global pusat data, diberi peringkat dari tier 1 hingga tier 4 berdasarkan beberapa faktor seperti jaminan ketersediaan, tingkat redundansi dan beberapa faktor lainnya. Di Indonesia, segmen tier 3 mendominasi pasar pusat data, menguasai lebih dari 50% pangsa pasar pada tahun 2022, dengan perkiraan pertumbuhan sebesar 15% pada tahun 2029.
Segmen Tier 4
Data Hyperspace. (Sumber: Green Box)
Dalam lima tahun ke depan, segmen tier 4 diperkirakan akan tumbuh paling cepat, dengan laju 25,9% setiap tahunnya. Dalam Data Centre World Asia 2023, belum lama ini, CHINT memamerkan solusi pusat data yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan distribusi daya pada pusat data hyperscale.
Salah satu solusinya adalah EnergiX-P40, sebuah Power Distribution Unit (PDU) yang telah memperoleh sertifikasi di bawah type test standar IEC-61439.
Pemutus sirkuit (circuit breaker) di EnergiX-P40 dapat diganti tanpa mematikan seluruh PDU karena memiliki hingga 144 outgoing circuits. Hal ini sangat penting bagi pusat data dan infrastruktur vital lainnya, di mana downtime, bahkan selama masa pemeliharaan atau perbaikan, tidak boleh terjadi.
Hal ini juga dapat membantu meningkatkan penyaluran daya dan waktu aktif pusat data serta aplikasi penting lainnya.
Gardu Listrik Jadi Bagian Vital Pusat Data
Selain itu, solusi data center CHINT juga sangat cocok digunakan di Filipina dan Indonesia, tempat yang rentan terhadap bencana alam dan gangguan listrik dan CHINT EnergiX-P40 juga telah memperoleh sertifikasi pengujian seismik IEC60068, yang dirancang untuk tahan terhadap bencana alam seperti gempa bumi dan angin topan.
Hal ini dapat mengurangi risiko pemadaman listrik yang sering dialami pusat data di Filipina dan Indonesia. Gardu listrik juga merupakan bagian penting dari solusi pusat data, berperan mengurangi tegangan jaringan dan menyediakan daya cadangan jika terjadi pemadaman listrik.
Gardu listrik prefabrikasi CHINT dirancang dan dirakit di bawah kondisi pabrik yang dikontrol ketat dan mungkin juga mencakup sistem baterai litium.
Gardu induk kemudian dipindahkan ke pusat data dan dapat dengan mudah diintegrasikan dengan sistem proteksi kebakaran di lokasi. Hal ini mengurangi limbah material tanpa harus melakukan modifikasi spesifik lokasi.
Baca juga: Gapai.Id Ingin Permudah Orang Indonesia Dapat Pekerjaan Di Luar Negeri
Gardu Listrik Prefabrikasi Diklaim Hemat Daya
Data Hyperspace. (Sumber: Enterprise Storage)
Lim Say Leong, direktur teknik Asia Pasifik di CHINT Global dan Sunlight Electrical, mengatakan pusat data adalah infrastruktur yang sangat penting. Oleh karena itu, pembangunan pusat data harus memiliki standar tertinggi dan mempertimbangkan peraturan pemerintah serta skalabilitas.
“Membangun pusat data memerlukan perencanaan dan desain yang cermat. Insinyur yang mengerjakan proyek ini harus terampil dalam mempertimbangkan semua faktor yang terlibat, seperti cara mengoptimalkan desain pusat data dan memilih bahan yang paling hemat biaya dengan kualitas kinerja tinggi dan metode konstruksi,” kata Lim dalam keterangannya.
Selain itu, tambahnya, Penggunaan gardu listrik prefabrikasi juga dapat secara signifikan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk membangun pusat data, meningkatkan kualitas konstruksi, dan lebih hemat biaya dibandingkan metode konstruksi tradisional, khususnya Khususnya untuk data center berskala besar.
Global pusat data, diberi peringkat dari tier 1 hingga tier 4 berdasarkan beberapa faktor seperti jaminan ketersediaan, tingkat redundansi dan beberapa faktor lainnya.
Sumber & Foto: Dari berbagai sumber
